Monday, October 3, 2011

simulasi jumlah pertandingan

simulasi 5 tim

jumlah pertandingan A home away = 8 kali
1 A v B
2 B v C
3 A v C
4 C v A
5 A v D
6 D v A
7 A v E
8 E v A

jumlah pertandingan B home away: dihitung cuma 6 kali, karena vs A udah masuk di hitungan sebelumnya di atas
9 B v C
10 C v B
11 B v D
12 D v B
13 B v E
14 E v B


jumlah pertandingan C home away: dihitung cuma 4 kali, karena vs A dan vs B udah masuk di hitungan sebelumnya di atas
15 C v D
16 D v C
17 C v E
18 E v C

jumlah pertandingan D home away: dihitung cuma 2 kali, karena vs A, vs B, dan vs C udah masuk di hitungan sebelumnya di atas
19 D v E
20 E v D

jumlah pertandingan E home away tdk masuk hitungan lagi karena SEMUA pertandingan E udah masuk di hitungan sebelumnya di atas

JADI:
5 tim --> 8 + 6 + 4 + 2 = total 20 laga
rumus simple nya: n x (n-1) = 5 x 4 = 20

jadi kalo 24 tim ya: 24 x 23 = hitung sendiri :)

Wednesday, January 26, 2011

Nirwan Bakrie: Wasit Memang Agak Rawan

FIGUR sentral Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) bukanlah Nurdin Halid. Meski resminya hanya menjabat wakil ketua umum, pengusaha Nirwan Dermawan Bakrie, 59 tahun, yang banyak berperan pada induk organisasi sepak bola Indonesia itu. Tangannya ada di mana-mana: Badan Tim Nasional, PT Liga Indonesia, sampai Yayasan Sepak Bola Indonesia When I'm 64. Yayasan ini sedang membangun kompleks Akademi Sepak Bola di lahan 25 hektare milik keluarga Bakrie, di Jonggol, Jawa Barat.

Nurdin mengakui peran besar Nirwan dan keluarganya. Ketika lolos ke final Piala Federasi Sepak Bola ASEAN, Desember lalu, tim nasional khusus berkunjung ke rumah kakak Nirwan, Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie. "PSSI berterima kasih atas segala sumbangsih luar biasa keluarga Bakrie untuk kami," kata Nurdin ketika itu.

Bukan sekadar pengurus elite PSSI, Nirwan pun diduga mendukung Arema, klub asal Malang peserta Liga Super Indonesia. Pada musim kompetisi 2009-2010, tim itu pun menjadi juara liga. Jumat pekan lalu, selama hampir dua jam, Nirwan melayani wawancara wartawan Tempo Rofiqi Hasan, di Bakrie Estate, vila pribadi yang asri, tepat di tengah kompleks Hotel Pan Pacific Nirwana Bali Resort miliknya. Hiruk-pikuk Kongres PSSI sama sekali tidak merisaukan dia.

Praktek suap marak di Liga Super Indonesia?

Semua diawasi Komisi Disiplin. Tapi memang susah mengatur soal suap, karena sulit dibuktikan. Kadang terdengar tapi tidak tahu lagi. Tapi saya lihat, kalau suap antarpemain lebih sedikit, karena tanggung jawab mereka ke klub cukup berat. Nah, kalau wasit memang agak rawan, karena mereka bisa mempengaruhi pertandingan. Ini bisa kelihatan dari adil-tidaknya dia memimpin. Itu kita evaluasi.

Ada informasi petinggi PSSI punya klub-klub tertentu yang "dikawal" khusus?

Kalau niatnya membela bekas klub, bisa saja. Tapi, kalau wasit dan Komisi Disiplin tegas, tidak akan ada masalah.

Anda ikut membiayai dan mengawal klub Arema Indonesia sampai jadi juara Liga Super musim lalu?

Saya dengar itu. Tapi itu tidak benar. Saya memang punya perusahaan di Malang yang menjadi sponsor Arema. Jumlahnya juga kecil, hanya 5 persen dari puluhan miliar kebutuhan Arema. Jadi tidak masuk ke manajemen. Bukan saya yang mem-back up Arema. Kalau kepemilikan, saya hanya punya Pelita Jaya.

Waktu PT Bentoel meninggalkan Arema, Anda memang diminta membantu?

Waktu itu Badan Liga Indonesia yang mencarikan sponsor. Yang mengikat kontrak, ya, klub itu. Pak Andi (Andi Darussalam Tabusalla, Presiden Direktur PT Liga Indonesia) membantu Arema bukan sebagai orang dekat saya, tapi sebagai Direktur Badan Liga.

Tapi, dengan adanya dukungan Anda dan Andi Darussalam, klub lawan dan wasit jadi segan mencurangi Arema....

Tidak ada itu. Itu saya dengar juga. Termasuk soal jadi juara itu, ya. Arema hanya bisa juara kalau dia menang terus. Kualitas mereka memang bagus.


Klub milik Anda, Pelita Jaya, kabarnya juga "diselamatkan" dari degradasi dengan mengorbankan Persebaya?


Saya dengar itu. Saya sih gampang saja, waktu itu saya minta Pelita menang terus, supaya bisa playoff. Saya tidak bisa memaksa satu tim menang atau kalah. Tidak boleh. Apalagi semua anggota PSSI. Saya dengar semua isu itu. Saya sih tidak terlalu memikirkan. Asal tak melanggar peraturan, saya jalan terus saja.

Banyak orang ingin Nurdin Halid turun dari kursi Ketua Umum PSSI....

Coba lihat prestasi dia. Soal bekas narapidana, peraturan FIFA membolehkan. Apalagi anggota tetap memilih dia. Kalau soal tak disukai, semua Ketua Umum PSSI pernah diminta turun di tengah jalan.

Anda tidak mau jadi ketua umum?

Itu butuh kehadiran fisik 24 jam sehari. Kalau di negara lain, ada acara, ketua umum bisa diwakili. Di sini tidak bisa. Tapi saya siap membantu semuanya.

Aneka Akting Lapangan Rumput (2)

Di Divisi Utama dan Liga Super, suap minimal Rp 25 juta per pemain. Kongkalikong lebih sulit dilakukan di level ini. "Sebab, banyak sorotan media, mereka menjadi selektif," katanya. Para calo mendapat jatah 20-30 persen dari nilai suap, dibayar tunai, tak pernah transfer. Pembayaran 10 persen di muka, dan sisanya setelah klub "pengguna jasa" menang.

Pengurus klub tak memberikan arahan detail urusan akrobatik yang harus dilakukan pemain. "Mereka paham situasi," katanya. Ada seribu cara membuat pertandingan kacau demi menguntungkan klub yang bayar.

Berpura-pura dan marah paling mudah dilakukan. Aksi ini membuat pemain diganjar kartu atau menaikkan emosi dan menurunkan semangat tim. Modus lain yang paling sering dilakukan adalah bermain kasar di daerah penalti sendiri. Bisa juga pura-pura tak mampu membendung bola lawan.

Ada trik sejak 1980-an yang masih dipakai para penjaga gawang "bayaran" hingga sekarang. Kiper menyatukan telunjuk dan jari tengah dalam satu lubang jari sarung. Lalu jari manis disatukan dengan kelingking, juga di satu lubang. Alhasil, dua lubang jari sarung kosong. Tentu saja, bola gampang lolos dari tangkapan. Setelah kebobolan, kiper akan segera pasang tampang kesal dan kecewa. Ia melepas dan membuang sarung tangannya.

Beberapa pemain asing pun bisa dibeli. Nilai kontrak para pemain asing tak berbeda dengan pemain lokal kelas menengah ke bawah. Sebagian mendapat bayaran sekitar Rp 150 juta setahun. Selain pas-pasan, pembayarannya pun tak sesuai dengan kontrak.

Pemain asing asal Paraguay, Roberto Acosta, saat bermain di Deltras pada 2008 mengeluhkan 25 persen atau Rp 50 juta sisa kontrak belum dilunasi menjelang kontrak berakhir. Padahal 25 persen dari kontrak biasa diterima di awal kompetisi dan 75 persen diterima tiap bulan sebagai gaji.

Mantan General Manager Deltras George Handiwiyanto saat serah-terima kepengurusan menerima banyak sekali keluhan pemain asing. Menurut George, ada pemain yang dikontrak Rp 100 juta dan hanya menerima setengahnya. "Separuhnya dinikmati agen dan oknum pengurus klub, itu masuk kantong pribadi," kata George.

Hal senada diungkapkan mantan Manajer Persitara, Harry Ruswanto. Pemotongan kontrak pemain asing biasa dilakukan. Kalau pemain berkeberatan kontraknya dipotong, angka dalam kontrak dinaikkan. Bila harga pemain Rp 200 juta, kontrak yang tertera Rp 300 juta. Sisanya Rp 100 juta untuk kepentingan agen dan pengurus.

George sempat melaporkan masalah kontrak dan pertanggungjawaban keuangan yang tak beres di Deltras. Namun penyelidikan Kejaksaan Negeri Sidoarjo menguap. "Kasus ini sudah selesai, saya tidak ingin ada apa-apa lagi pada diri saya," ujar George. Soal kasus kontrak, Roberto yang sekarang bermain untuk klub di Vietnam tak memberikan jawaban atas konfirmasi Tempo lewat surat elektronik.

Tak semua pemain asing kaya mendadak setelah dikontrak klub di Indonesia. Mereka pun bersedia menerima "penghasilan tambahan". Menurut seorang pengurus klub, pemain asing dapat dihubungi lewat para agen. "Biasanya agen enggak enak menolak permintaan klub," katanya.

Klub menghubungi agen bila lawan mainnya memiliki pemain dari agen yang sama. Selain itu, kedua pemain asing tersebut berasal dari negara yang sama. "Mereka sulit diawasi, apalagi bila menggunakan bahasa asing yang tak dikenal," katanya.

Sub-agen yang banyak mengorbitkan pemain asing kelas menengah, Julian Baros, membantah tuduhan itu. "Tak pernah ada yang menawari saya cara seperti itu," katanya. Agen senior Eko Soebekti juga mengatakan tidak ada permainan seperti itu.